Perbedaan titik lebur senyawa-senyawa dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah perbedaan kuatnya ikatan yang dibentuk antar unsur dalam senyawa tersebut. Semakin kuat ikatan yang dibentuk, semakin besar energi yang diperlukan untuk memutuskannya. Dengan kata lain, semakin tinggi juga titik lebur unsur tersebut. Perbedaan titik lebur antara senyawa-senyawa pada golongan yang sama dapat dijelaskan dengan perbedaan elektronegativitas unsur-unsur pembentuk senyawa tersebut.
Dalam molekul-kovalen diatomik (beratom dua) -- di sini kita namakan AB -- momen dwikutub akan nol bila elektron-elektron ikatan benar-benar digunakan bersama secara merata di antara kedua unsur itu. Biasanya unsur A dan B ini merupakan dua unsur yang sama misalnya H2 atau Cl2.
Dalam kasus yang lebih umum, di mana AB adalah dua unsur yang berlainan, perbedaan muatan partial akan menyebabkan terjadinya momen dwikutub (polarisasi). Hal ini dijelaskan dengan membuat hipotesis bahwa salah satu atom, B, umpamanya, mempunyai tarikan lebih besar daripada A terhadap elektron yang digunakan bersama dalam ikatan itu. Dapat dikatakan, B mempunyai elektronegativitas lebih besar daripada A, atau polaritas B lebih negatif relatif terhadap A. Semakin besar perbedaan elektronegativitas (polaritas) antara unsur A dan B, sifat ikatan AB akan semakin ionik sehingga ikatannya akan lebih kuat dan titik leburnya akan semakin tinggi.
Merangkum pembahasan ini, senyawa terpolarisasi karena unsur-unsur pembentuknya mempunyai elektronegativitas yang berbeda. Semakin besar perbedaan elektronegativitas unsur-unsur pembentuk suatu senyawa, semakin kuat ikatan antara unsur-unsur dalam senyawa itu. Semakin kuat ikatan suatu senyawa, semakin tinggi titik lebur senyawa itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar